Profil Desa Kedungmulyo
Ketahui informasi secara rinci Desa Kedungmulyo mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Kedungmulyo, Kecamatan Kemusu, Boyolali. Sebuah desa yang bertransformasi total akibat pembangunan Waduk Kedung Ombo, kini menjadi pusat ekonomi biru berbasis perikanan tangkap dan budidaya keramba jaring apung di perbatasan tiga kabupaten.
-
Transformasi Sejarah Waduk Kedung Ombo
Identitas dan geografi Desa Kedungmulyo secara fundamental dibentuk oleh sejarah penenggelaman sebagian besar wilayahnya untuk pembangunan Waduk Kedung Ombo, mengubahnya dari desa agraris darat menjadi komunitas tepi air.
-
Pusat Ekonomi Biru Perikanan
Perekonomian desa telah beralih sepenuhnya ke sektor perairan (ekonomi biru), dengan budidaya ikan dalam keramba jaring apung (KJA) dan perikanan tangkap menjadi denyut nadi utama kehidupan masyarakat.
-
Lokasi Strategis di Titik Pertemuan Tiga Kabupaten
Berada di sudut timur laut Boyolali, Desa Kedungmulyo memiliki posisi unik yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Sragen, menjadikannya simpul interaksi regional.
Desa Kedungmulyo, yang terletak di sudut timur laut Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali, bukanlah sekadar sebuah desa biasa. Ia merupakan saksi hidup sekaligus produk dari salah satu proyek rekayasa sipil terbesar dalam sejarah Indonesia: Waduk Kedung Ombo (WKO). Desa ini adalah representasi dari sebuah komunitas yang bertransformasi secara drastis, di mana sebagian besar daratan dan jejak peradaban masa lalunya kini berada di dasar waduk. Dari sisa daratan yang ada, masyarakat Kedungmulyo bangkit dan membangun identitas baru, mengubah "lautan air tawar" di hadapan mereka menjadi sumber kehidupan utama melalui denyut nadi ekonomi biru yang dinamis.
Geografi Tepi Waduk dan Jejak Sejarah yang Tenggelam
Secara geografis, Desa Kedungmulyo menempati posisi yang sangat unik dan strategis. Wilayahnya merupakan titik pertemuan tiga kabupaten: Boyolali sebagai induknya, serta Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Sragen yang menjadi batas langsung di sisi utara dan timur. Sementara itu, di sebelah selatan dan barat, wilayahnya bersebelahan dengan Desa Sarimulyo dan Watugede. Posisi "pojok" ini menjadikannya gerbang interaksi ekonomi dan sosial antarwilayah.Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), luas wilayah Desa Kedungmulyo yang tercatat saat ini ialah 8,36 kilometer persegi, menjadikannya salah satu desa terluas di Kecamatan Kemusu. Di atas daratan yang tersisa ini, hidup sebanyak 3.750 jiwa penduduk, dengan tingkat kepadatan sekitar 448 jiwa per kilometer persegi. Populasi tersebut tersebar di sepuluh dukuh, yaitu Kedungmulyo, Kedungrejo, Ngargorejo, Candi, Wonosari, Karanganyar, Ngrebin, Jurangkambil, Karangtengah dan Soko.Namun angka dan data ini menceritakan kisah yang belum lengkap. Sejarah Desa Kedungmulyo tidak dapat dipisahkan dari pembangunan Waduk Kedung Ombo pada akhir dekade 1980-an. Sebagian besar wilayah asli desa, termasuk lahan pertanian paling subur dan permukiman lama, terpaksa direlakan dan kini berada di bawah permukaan air waduk. Transformasi paksa ini mengubah total lanskap fisik, sosial, dan ekonomi desa, dari sebuah komunitas agraris daratan menjadi masyarakat yang hidup di tepi perairan luas.
Ekonomi Biru: Nadi Kehidupan dari Keramba Jaring Apung
Kehilangan lahan pertanian secara masif mendorong masyarakat Desa Kedungmulyo untuk beradaptasi secara kreatif. Mereka memalingkan orientasi ekonomi mereka 180 derajat, dari darat ke air. Kini, perekonomian Desa Kedungmulyo didominasi oleh apa yang disebut sebagai "ekonomi biru," sebuah sistem ekonomi yang berbasis pada sumber daya perairan. Tulang punggung utama dari ekonomi ini ialah budidaya ikan menggunakan Keramba Jaring Apung (KJA).Ratusan petak KJA yang mengapung di perairan waduk menjadi pemandangan sehari-hari, masing-masing menjadi pabrik biologis yang menghasilkan berton-ton ikan air tawar. Komoditas utama yang dibudidayakan ialah ikan nila dan ikan mas, yang memiliki permintaan pasar tinggi dan siklus panen relatif cepat. Aktivitas budidaya ini menciptakan sebuah ekosistem ekonomi yang kompleks, melibatkan kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan), pemasok benih, produsen dan distributor pakan, hingga para pedagang besar yang siap menampung hasil panen untuk didistribusikan ke berbagai kota.Selain budidaya KJA, perikanan tangkap juga menjadi sumber pendapatan penting bagi nelayan tradisional yang menggunakan perahu dan jala untuk mencari ikan di perairan bebas waduk. Pemerintah, baik melalui Dinas Perikanan kabupaten maupun Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), kerap menyalurkan program bantuan berupa benih ikan, pakan, atau pelatihan untuk mendukung keberlanjutan sektor perikanan di kawasan ini.
Tantangan Ekologis dan Keseimbangan Ekonomi Ganda
Di balik kisah sukses adaptasi ekonomi, Desa Kedungmulyo juga menghadapi tantangan modern yang melekat pada model ekonomi yang dianutnya. Budidaya KJA yang sangat intensif membawa risiko ekologis yang tidak kecil. Akumulasi sisa pakan ikan di dasar perairan dapat menyebabkan pencemaran organik, yang pada kondisi cuaca tertentu dapat memicu fenomena upwelling—naiknya massa air bawah yang miskin oksigen ke permukaan. Fenomena ini sering kali berujung pada kematian ikan massal yang dapat menyebabkan kerugian hingga miliaran rupiah bagi para pembudidaya.Di samping tantangan ekologis di perairan, masyarakat Desa Kedungmulyo juga harus mengelola "ekonomi ganda." Daratan yang tersisa tetap dimanfaatkan secara optimal untuk pertanian tadah hujan. Komoditas seperti jagung dan kayu jati masih dibudidayakan, menjadi penopang ekonomi dan ketahanan pangan bagi keluarga yang tidak terlibat langsung dalam sektor perikanan. Menyeimbangkan fokus antara pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dan optimalisasi lahan darat yang terbatas menjadi agenda penting bagi pemerintah desa dan masyarakat.
Potensi Pariwisata Bahari Air Tawar
Bentang alam Waduk Kedung Ombo yang luas dengan latar perbukitan memberikan Desa Kedungmulyo modal besar untuk pengembangan sektor pariwisata. Potensi yang paling jelas di depan mata ialah wisata bahari air tawar, khususnya wisata pemancingan. Waduk ini menjadi surga bagi para pemancing dari berbagai daerah yang mencari sensasi tarikan ikan-ikan predator air tawar.Lebih dari itu, potensi wisata kuliner juga sangat menjanjikan. Konsep warung apung yang menyajikan hidangan ikan bakar segar langsung dari keramba menjadi daya tarik yang sulit ditolak. Pengunjung dapat menikmati santapan lezat sambil merasakan sensasi makan di atas air dengan pemandangan waduk yang memukau. Dengan pengelolaan yang profesional, sektor pariwisata ini dapat menjadi sumber pendapatan alternatif yang signifikan, menciptakan lapangan kerja di bidang jasa, dan memperkenalkan Desa Kedungmulyo ke khalayak yang lebih luas.
Prospek Masa Depan: Menuju Perikanan Berkelanjutan dan Ekowisata
Masa depan Desa Kedungmulyo bergantung pada kemampuannya untuk mengelola sumber daya utamanya—air Waduk Kedung Ombo—secara berkelanjutan. Visi ke depan tidak lagi hanya tentang memaksimalkan produksi perikanan, tetapi bagaimana melakukannya dengan cara yang ramah lingkungan untuk mencegah bencana ekologis. Penerapan praktik budidaya yang baik (Good Aquaculture Practices), seperti penggunaan pakan yang efisien dan pengaturan kepadatan tebar, menjadi kunci.Konvergensi antara perikanan berkelanjutan dan pengembangan ekowisata menjadi jalan paling prospektif bagi Desa Kedungmulyo. Dengan menjaga kualitas air dan kelestarian ekosistem waduk, sektor perikanan akan terjamin keberlangsungannya, dan pada saat yang sama, daya tarik wisata alamnya akan semakin meningkat. Desa Kedungmulyo telah membuktikan ketangguhannya dalam menghadapi perubahan drastis di masa lalu. Kini, dengan perencanaan yang matang dan kesadaran lingkungan yang tinggi, desa ini berada di jalur yang tepat untuk membangun masa depan yang sejahtera dan berkelanjutan di atas perairan Waduk Kedung Ombo.
